Sabtu, 28 September 2013

7 Kriteria Cowok Idaman Part 4

Malam yang melelahkan, seharian latihan cheers untuk Pertandingan Basket antar sekolah. Jujur, di minggu-minggu ujian seperti ini, kegiatan ini cukup mengganggu. Meskipun, aku yang memilih untuk bergabung di dalamnya. Aku harus konsekuen.

Aku merebahkan tubuhku di kasurku, yang terlihat jelas hanya langit-langit kamarku yang dicat putih bersih. Aku mengingat-ngingat kejadian tadi. Kejadian yang cukup memalukan buatku tapi cukup membuatku tersanjung.

Tadi saat latihan, aku yang merupakan leader dari kelompok cheers sekolahku sedang mengintruksikan formasi-formasi yang akan kami bentuk dalam Pertandingan kamis depan. Tanpa disangka, sebuah bola meluncur dengan kecepatan tinggi tepat mengenai kepalaku. Seketika juga, aku jatuh terduduk dan tak dapat mengatakan apapun selain memegang kepalaku yang sakit dan sedikit pusing. Mataku berkaca-kaca karena sakitnya.

"Olive, maaf ya liv! Gue gak sengaja lho liv, gue antar loe ke UKS ya!" Ucap Daniel dengan tampang bersalah dan sangat menyesal. Aku hanya diam, sambil meresapi rasa sakit di kepalaku. Tanpa pikir panjang Daniel menggendongku ke UKS. Tak tahu mengapa, sepertinya aku menurut saja. Mungkin itulah yang di sebut geger otak.

Daniel membaringkan ku di kasur UKS. Dia mengompres kepalaku yang terkena bola dengan air hangat. Tak henti-hentinya Ia mengucapkan kata maaf kepadaku.Setelah sekian lama terdiam akhirnya aku angkat bicara
 " Thank's ya Dan!".
 "Ya ampun Liv, gue minta maaf banget ya...." katanya. Tatapan matanya, keringat yang mengalir di dahinya yang putih bersih, sempurna.
 " Ya udah lah Dan, gue juga salah kok! Santai aja!",
 "Trus apa loe yang sakit, atau kita ke dokter aja ya?",
 "Astaga, gue cuma kena bola Daniel! Gue udah gak apa-apa kok. Udah yuk balik ke lapangan.", "Yakin, loe udah baikan. Istirahat aja dulu, yang lain pasti ngerti kok!",
 "Gak lah, ini udah hari Jum'at lho. Waktu udah mepet. Btw, Thank's ya."
 " Buat apa?", " Ya buat semuanya!",
" Ya Tuhan, Olive, setelah gue lempar pakai bola loe masih bilang makasih?" dia mengusap kepalaku.
"Aw.."
"Ooops sorry!"
"Udah ah, bosen gue dengar kata sorry. Yuk balik."

Kejadian tadi membuatku terpaku, apakah dia yang dimaksud Dinda? Tapi kenapa Dinda bilang inisialnya A. Apa Dinda bohong? Trus, siapa dia? Aku mebalikkan badanku, mataku berhenti tepat di atas tumpukan buku ku. Aku terbelalak, FISIKA. Aku tidak berani melirik jam. Segera ku raih buku itu, semua terasa memuakkan. Tidak, aku terus berusaha untuk berkonsenterasi.

Sulit memang. Perkahan aku masuk ke dalam dunia FISIKA. Ku selami walau agak sulit. Pelan-pelan ku cerna soal demi soal, aku menghitung semuanya kembali. Dan tiba-tiba semuanya peacah.................

2 komentar: