Sabtu, 07 September 2013

7 Kriteria Cowok Idaman Part 3

"Saya harap kalian mengerjakan ujian ini dengan jujur, karena kecurangan hanya akan menyengsarakan kalian nantinya!" kata Pak Bon sebelum memulai ujian. Ku lirik Dinda yang duduk tepat di sebelahku, dia terlihat gelisah aku paham betul masalahnya. Aku hanya tersenyum simpul.

Detik demi detik terus berjalan, Aku tak tega melihat kertas ujian Dinda masih kosong. Tapi ini bagian dari rencanaku. Aku harus tenang, satu, dua, ........... "Liv, bantu gue donk, kasih tahu rumusnya aja! Please! Loe jangan diemin gue terus donk, gue salah apa?" katanya dengan sedikit berbisik. Dugaan ku tepat, "Emh, siapa ya?" aku pura-pura cuek. "Loe parah ya sama temen sendiri !" dengan wajah memelas. " Dengan 1 syarat." kataku penuh arti "Apapun, cepetan tinggal 15 menit lagi nih!" katanya setengah memaksa. Aku pun membantunya dengan senang hati, ini memang kebiasaan kami berdua ada budi ada balas. Yeah, rencanaku kali ini berhasil.

Bel istirahat berbunyi, tanda ujian telah selesai. Bagiku Kimia bukan suatu masalah yang kompleks, tapi bagi Dinda Kimia bak pedang tajam yang siap memenggal kepalanya. Beruntung dia punya sobat seperti ku. Dinda hendak melangkah ke luar kelas, "Eits, lo ga lupa kan sama janji loe?" aku mengingatkannya. "Oh, loe tenang aja Fisika pasti gue bantu kok!" jawabnya tenang. "Oh Dinda, makasih banyak sobat ku, tapi bukan itu yang gue perlukan !" jawabku. " So?" tiba-tiba Daniel kapten tim basket di sekolahku menghampiri kami. "Emh, Liv gue mau ngomong bentar ama loe bisa gak?" kata sang kapten yang tinggi dan ganteng itu. Dinda tersenyum, seakan mengisyaratkan sesuatu kepadaku. Mungkinkah? " Gue ke kantin duluan ya liv!" seru Dinda seakan memberi ruang antara aku dan Daniel.

"Liv, kamis depan ada pertandingan basket antara sekolah kita dan sekolah tetangga, loe bisa kan sama teman-teman cheers yang lain jadi penyemangat kita-kita?" kata Daniel dengan tatapan yang serius. " Emh, bisa-bisa kok. Loe tenang aja, kita pasti semangati loe sama teman-teman lain." kataku dengan penuh semangat. Oh Tuhan, apa mungkin Daniel orang yang aku cari selama ini. "Thank's ya Liv!" kata Daniel sambil mengacak rambutku lembut. "Iya sama-sama jangkung!" kataku sok imut. "Ya udah deh, gue balik ke kelas dulu ye, bye!" katanya disertai senyuman penuh makna.

Aku segera menuju kantin untuk memastikan hal ini ke Dinda. Setelah berputar-putar dalam pencarian akhirnya Dinda ku temukan juga. " Din, loe jujur sama gue siapa penggemar rahasia gue ?", kataku setengah memaksa. " Namanya juga penggemar rahasia, gak boleh di kasih tau donk. Ntar gak rahasia lagi!" katanya dengan tampang sok polos. " Ih loe gitu sama sahabat sendiri, loe mau gue mati penasaran? Kasih cluenya aja!" kataku memelas. " Okay, karena gue ada hutang budi sama loe, sebagai ucapan terimakasihnya gue kasih dua cluenya ya, pertama huruf depan namanya tuh A, trus dia udah penuhi kriteria cowok loe, yang nomor 5!" katanya ambil tersenyum. " Kayak teka-teki ya beibh, loe memang suka banget buat gue pusing.", "Liv, kata kuncinya ntuh loe ikutin kata hati loe, trus cocokin deh sama clue yang udah gue kasih! Btw, tadi Daniel bilang apa ama loe?" kata Dinda panjang lebar, "Cuma bilang buat kita isi acara buat pertandingan basket kamis depan lawan anak tetangga!" jawabku. " Owh, selain itu?"

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar