Kamis, 05 September 2013

7 Kriteria Cowok Idaman Part 2

Ku pastikan bahwa semua buku untuk hari ini sudah lengkap. Dengan buku catatan kimia tergenggan di tanganku, ku pastikan langkahku menuju ruang makan. Harum semerbak roti bakar buatan mama sudah nyangkut di hidungku. Cepat-cepat ku raih roti bakar itu dan langsung ku tegak segelas susu hangat. Keduanya bersatu padu memenuhi ruang dalam perutku.

Aku langsung bergegas menuju halaman depan, aku tak mau ketinggalan bus sekolah yang selalu kutumpangi setiap hari ke sekolah. Saat masuk wajah yang pertama kali ku lihat yaitu Jimmy, cowok pendiam yang selalu mengambil tempat paling depan. Dia tidak satu sekolah denganku, namun sekolahnya tidak jauh dari sekolahku. Dia misterius sekali, di bus dia hanya menatap buku-buku pelajarannya seraya mendengarkan musik lewat headset yang tersangkut di telinganya. Aku tau tentangnya dari teman-teman satu bus yang satu sekolah dengannya.

Setelah rumahku, rumah selanjutnya adalah rumah sahabatku yang paling menyebalkan Dinda. Akan ku jalankan rencana ku yang sudah kurancang semalaman. Aku harus beri pelajaran pada dinda yang berhasil membuatku tidak bisa tidur karena penasaran.

Saat Ia masuk ke dalam bus, Aku langsung pindah ke depan tepat disamping Jimmy. Aku menghindar dari  Dinda supaya dia sadar akan kesalahannya.
"Ehm, Jim aku di sini ya?"dia hanya tersenyum mengangkat tasnya agar aku bisa duduk di sebelahnya.
"Thank's ya" kembali hanya dengan senyuman.

Tapi herannya, seakan Dinda tidak sadar akan kesalahannya, dia malah tersenyum dan mengedipkan matanya padaku. Seakan mengisyaratkan sesuatu. Aku pura-pura cuek padanya. Rencana awal kurang berhasil, lihat saja di rencana kedua. Pasti dia akan datang padaku, memohon maaf, terus aku akan  minta padanya untuk berterus terang tentang 'penggemar rahasia' ku itu sebagai syaratnya. Aku tersenyum simpul. Jimmy yang tadinya membaca buku fisikanya pun memalingkan pandangannya ke aku, seakan menunjukkan bahwa dia keheranan.

Bus sudah tepat berada di depan sekolah Jimmy, sekolah yang terkenal dengan kepintaran para siswanya. "Duluan ya Liv!" kata Jimmy seraya melemparkan senyumannya padaku. Aku membalasnya dengan senyuman kecut saja, aku bingung kenapa dia tahu namaku ya? Setahuku, hari ini pertama kalinya aku duduk satu bus dengannya, dan kelihatannya dia bukan tipe cowok yang suka membahas cewek di dalam pergaulannya. Heran!

"Yuk" kata Dinda sesampainya kami di depan sekolahku. Aku membuang arah pandanganku keluar, seakan tak mendengar apapun. Dinda hanya tersenyum, "Buruan loe mau tinggal di bus ini? Gue duluan ya." Aku tak mempedulikannya, aku baru sadar bahwa aku memang yang terakhir di bus ini selain pak supir. Aku bergegas keluar sebelum pak supir menegurku.

Rencana selanjutnya. Siapkah kamu Dinda?


1 komentar: